Saat pergi jalan-jalan ke Yogyakarta bersama orang-orang yang klop dengan Anda, pasti akan lebih lengkap jika mampir ke Museum Batik Yogyakarta.
Apalagi Anda termasuk dari the batik hunter, maka tempat ini seharusnya menjadi destinasi pertama di kota istimewa tersebut.
Pengetahuan baru mengenai batik sudah barang tentu akan Anda dapatkan dengan mudah.
Jika pada tulisan sebelumnya kami mengenalkan juga destinasi wisata batik Solo yang begitu menarik perhatian, maka wisata batik yang satu ini juga tidak kalah istimewanya dengan tempat tersebut.
Oleh karenanya baca tulisan ini hingga akhir agar Anda tidak melewatkan banyak hal mengenai batik di museum Yogyakarta.
Daftar Isi
Sejarah Berdirinya Museum Batik Yogyakarta
Pernah kah Anda membayangkan berada di suatu tempat yang dipenuhi dengan aneka macam batik? Agar tidak hanya menjadi bayangan dan angan-angan, segeralah Anda berkunjung ke musemum Batik Yogyakarta.
Museum ini adalah museum swasta yang secara mandiri didirikan oleh sepasang suami istri atas dasar kecintaan mereka pada seni batik.
Fakta yang mengagumkan yaitu museum ini merupakan museum batik tertua dan pertama yang ada di Indonesia.
Pemiliknya bernama Hadi Nugroho dan Dewi Sukaningsih selaku istrinya mendirikan dan meresmikan museum ini pada 12 Mei 1977 silam.
Sudah hampir mencapai setengah abad museum Batik Yogyakarta ini memberikan kontribusi yang besar dalam merawat kekayaan seni batik bangsa kita.
Terkhusus adalah batik-batik khas pulau Jawa.
Faktor kuat yang sangat mendorong Hadi Nugroho untuk membangun museum batik sebenarnya sebab adanya kekhawatiran terhadap perkembangan batik yang mulai menyimpang dari corak asalnya.
Kecemasan suami istri ini semakin membuncah ketika mengetahui adanya produksi batik secara massal di pabrik percetakan tekstil.
Mereka tidak ingin kaidah dan filosofi dasar dalam seni batik ditinggalkan.
Dari itulah muncul ide dan keinginan untuk menyelamatkan salah satu kekayaan seni Indonesia ini dengan mendirikan museum.
Tekad mereka semakin bulat ketika sadar bahwa masih banyak masyarakat bahkan wisatawan asing yang peduli terhadap batik. Kemudian mereka memulai aksi pengoleksian batik dari orang-orang terdekat mereka terlebih dahulu.
Beberapa kain batik milik keluarga, tetangga, teman, dan generasi mereka sendiri menjadi koleksi pertama yang menjadi cikal bakal museum batik Yogyakarta.
Setelah memiliki koleksi batik yang memadai, resmilah museum impian mereka dengan dukungan banyak pihak.
Tujuan dari adanya museum batik ini, yakni menciptakan hubungan dan kerja sama yang baik antar museum.
Tidak hanya itu, relasi juga dibangun dengan lapisan masyarakat dan berbagai perusahaan yang punya niat sama dalam melestarikan kebudayaan batik banngsa kita.
Usaha dari Bapak Hadi dan Ibu Dewi tidak lah sia-sia.
Berkat koleksi batik museum ini yang terus meningkat bahkan menjadi terlengkap, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kultural dunia pada tahun 2009.
Batik tidak bisa diklaim oleh Negara lain dan benar-benar menjadi ciri khas karya seni Indonesia.
Menariknya lagi, sebab sumbangsih Museum Batik Yogyakarta dalam mendukung preservasi batik otentik, Yogyakarta pun dinobatkan sebagai Kota Batik oleh WWC pada tahun 2014.
Prestasi lainnya juga ditorehkan oleh museum ini dengan diterimanya penghargaan dari MURI tahun 2000 sebagai penghasil karya sulaman terbesar berukuran 90×400 cm persegi.
Kemudian berlanjut pada tahun 2001, MURI kembali memberikan penghargaan karena keberadaan museum ini juga meprakarsai museum sulaman pertama di Indonesia.
Koleksi Museum Batik Yogyakarta
Dengan luas bangunan sekitar 400 meter persegi, museum yang banyak dikunjungi para pecinta batik ini menampung banyak sekali koleksi karya seni batik kebanggaan kita.
Di area itu pula pasangan suami istri tersebut juga tinggal dan mengeolanya dengan penuh ketelatenan.
Wajib hukumnya kedua orang ini mendapat apresiasi, museum yag mereka kelola kini telah menyimpan hingga 1.200 koleksi batik yang beraneka ragam.
Sebuah angka yang luar biasa.
Dari jumlah koleksi tersebut terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, lalu 560 batik cap, 124 canting, dan tidak luput pula peralatan seperti wajan dan bahan pewarna batik yang berjumlah 25 buah.
Mengenai beragamnya batik yang ada, koleksi tersebut terbagi atas tiga macam, yaitu kelompok batik pedalaman, kelompok pesisiran daerah, dan kelompok peralatan batik dari jaman kuno.
Kesemuanya itu diletakakkan di ruangan yang berbeda-beda.
Sejarah tentang perbatikan adalah edukasi utama yang akan Anda dapatkan.
Mulai dari deskripsi motif batik, penjelasan tentang bahan, alat batik beserta fungsinya, hingga deskripsi dari step membatik juga tersedia secara gamblang.
Sejarah tentang museum ini pun lengkap dijelaskan.
Jika ada hal-hal lebih lanjut yang ingin Anda ketahui, bisa ditanyakan kepada petugas yang standby di sana.
Masuklah Anda ke semua ruangan yang ada karena di sana dipajang berbagai macam batik khas pulau Jawa.
Ada batik Yogyakarta, Solo, Indramayu, Pekalongan, Garutan, Jepara, dan daerah Jawa lainnya.
Semua koleksi tersebut dipamerkan berbentuk kain panjang.
Ada pula yang dipajang dalam bentuk sarung.
Koleksi yang menakjubkan adalah batik yang berusia mencapai 1700 tahun.
Jika memasuki ruangan yang lain, ada rekaman proses membatik yang disuguhkan.
Dari berbagai motif yang dilestarikan, Anda bisa menikmatinya dalam bentuk audio visual.
Ruang lain yang juga wajib Anda lihat adalah klinik perwatan untuk koleksi batik agar tidak luntur dan usang.
Beruntung sekali berkesempatan singgah di Museum Batik Yogyakarta, Anda tidak hanya disuguhi batik hasil tangan masyarakat lokal.
Batik buatan orang asing pun bisa Anda nikmati di sana.
Terdapat koleksi karya seorang perempuan berdarah Belanda yang bernama Eliza Van Zuylen.
Ketertarikannya terhadap batik dimulai ketika ia tingga bersama suaminya di Pekalongan dalam rangka tugas kerja.
Motif batik buatannya terkenal dengan sebutan Van Zuylen Bouquet karena terdiri dari motif buketan bunga.
Semakin menggugah keingintahuan, batik Eliza juga ditemani batik karya Oey Soe Tjoen asal China.
Perpaduan budaya China dan Belanda ia leburkan dalam batik buatannya yang mana menghasilkan decak kagum dari setiap mata yang memandangnya.
Pada tahun itu pula akte museum resmi diterima dengan nomer induk 09/I.13.XVI/II.2/77/01.
Berikut ini kami paparkan koleksi kain museum Batik Yogyakarta yang paling terkenal:
1. Kain Panjang Soga Jawa (tahun 1950-1960)
2. Kain Panjang Soga Ergan Lama (tidak terdapat tahun)
3. Sarung Isen-Isen Antik (tahun 1880-1890)
4. Sarung Isen-Isen Antik (Kelengan) (tahun 1880-1890)
5. Kain hasil karya Eliza, warga Belanda yang tinggal di Pekalongan
6. Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) karya Lie Djing Kiem yang tinggal di Yogyakarta
7. Karya sulaman buatan pendiri Museum Batik Yogyakarta
8. Karya sulaman terbesar yang mendapat penghargaan dari MURI
Harga Tiket Masuk dan Workshop
Semenjak didirikan, visi mis yang diusung oleh Museum Batik Yogyakarta yaitu memelihara pengetahuan tentang batik.
Visi tersebut diaplikasikan dengan mengoleksi motif-motif dari banyak daerah di pulau Jawa baik dalam bentuk foto, video, kain, maupun benda lainnya yang memuat mengenai batik.
Dengan begitu museum ini dibuka untuk publik yang bisa dikunjungi bahkan menjadi tempat berkonsultasi terkait perbatikan.
Di sana juga dibuka kesempatan untuk menjalin kerja sama dalam mengembangkan batik Indonesia.
Agar bisa menikmati seara langsung koleksinya yang mengagumkan, Anda cukup mengeluarkan biaya Rp20.000 untuk membeli tiket masuk museum Batik Yogyakarta.
Apabila Anda hendak mencoba membatik, ikutilah workshopnya dengan biaya Rp.40.000.
Namun jika Anda beserta teman kuliah ataupun rekan kerja ingin melakukan study tour di sana, lakukanlah reservasi dan buatlah janji terlebih dahulu.
Minimal peserta study tour yang ikut harus 5 orang.
Waktu operasionalnya yakni hari Senin-Sabtu pukul 09.00 – 15.00 WIB.
Lokasinya dari pusat kota kurang lebih 1,5 kilometer.
Rute Menuju Museum
Untuk memudahkan Anda dalam menemukan museum Batik Yogyakarta, terlebih dahulu datanglah ke Jl. Malioboro.
Sesampainya di sana, cari Jalan Pajeksan yang mana arahnya dari Malioboro ke arah selatan.
Kemudian belok kiri jika Anda telah menemukan toko Mas Berkah.
Perjalanan masih lumayan jauh dengan melanjutkan perjalanan ke Jalan Juminahan.
Luruslah terus hingga mencapai jalan Bausasran.
Pastikan Anda berpapasan dengan toko Kita, teruslah melaju di sepanjang jalan Dr. Sutomo.
Setelah itu akan ada bangunan LPK Unigama, bersiaplah karena Anda telah memasuki kawasan lokasi museum Batik Yogyakarta.
Museum ini terletak di seberang kiri jalan.
Sampailah Anda di alamatnya. Di sekitar sana terdapat hotel yang bisa Anda booking jika belum mendapatkan tempat menginap.
Museum bersejarah ini akan terus dilestarikan koleksi-koleksinya.
Anda bisa datang hari ini, besok, atau bulan atau bahkan tahun depan.
Asalkan jangan batalkan rencana Anda untuk ke sana.
Di Museum Batik Yogyakarta, Anda akan menemukan tentang apa pun yang berkaitan dengan perbatikan.
Pasti Anda makin cinta.
Lulusan dari sekolah mode di bilangan Jakarta. Sedang berproses agar bisa jadi desainer. Senang berbagi lewat blog pribadi. Cuma punya 1 facebook yaitu Farah Nisa.