Berkunjung ke Solo dan Jogja, belum lengkap apabila tidak membawa souvenir atau oleh-oleh bukan?
Ada berbagai hasil kerajinan asli dari dua kota tersebut yang bisa kamu bawa pulang lho!
Misalnya saja seperti kain batik yang terkenal dengan pewarnaan alaminya dan penggarapannya yang melibatkan proses spiritual (berisi doa dan pengharapan dari pembatiknya sendiri) pada pemakainya.
Kamu bisa berkunjung ke berbagai outlet atau butik batik terkenal di sana sekaligus mempelajari sisi historisnya yang sangat menarik.
Sebut saja misalnya batik truntum, yang dikenal sebagai motif sakral di kalangan para orangtua karena kerap dikenakan saat mereka menikahkan anak-anaknya.
Batik ini juga dianggap sebagai wujud kepedulian, perhatian, dan kasih sayang ayah dan ibu terhadap putra maupun putrinya.
Nah, menarik kan? Sayang banget kalau ketinggalan sejarahnya, jadi simak yuk ulasan terlengkap dari kami.
Batik Truntum Khas Solo dan Jogja
1. Batik Truntum Gurda
Motif batik Truntum terdiri dari beragam tulis seperti garuda, wahyu, kuncoro, sri kuncoro, dan masih banyak lagi.
Seperti batik truntum gurdo (garuda) di atas, yang biasa dikenakan dalam upacara atau prosesi pernikahan adat Jawa Solo dan Jogja.
Truntum Garuda ini dipakai oleh orang tua pengantin, yang mengandung filosofi sebagai menuntun atau mengarahkan.
Sebagai orangtua pastinya mereka berkewajiban menuntun kedua calon yang hendak memasuki babak baru dalam kehidupan yang penuh liku-liku.
2. Truntum Garuda Sogan
Batik truntum ini adalah karya cipta dari Ratu Kuncoro atau biasa dikenal dengan sebutan Ratu Beruk, yakni permaisuri dari Sri Paku Buwono ke-3.
Menurut sejarah yang terpublikasi, sang Ratu yang sepanjang hayat hidupnya dicintai dan diperlakukan istimewa oleh Raja, merasa dirinya telah dilupakan karena Raja diketahui sudah memiliki kekasih baru.
Nah, sang Ratu pun merasa sangat sedih sehingga ia mencari cara untuk mengisi menghilangkan rasa gundahnya tersebut terhadap sang raja.
Ratu pun akhirnya memilih membatik.
Dalam proses pembatikan tersebut, Ratu Kuncoro secara mengejutkan membuat motif yang menyerupai bintang-bintang kerlip di langit malam, yang ternyata menjadi pelipur lara untuk smenemaninya dalam kesendirian selama ini.
3. Truntum Gurdho Lawasan
Ketekunan & keuletan Ratu dalam membatik rupanya menarik perhatian Raja, sampai pada suatu hari ia mulai mendekati Ratu kembali guna melihat hasil pembatikannya.
Sejak saat itu, Raja memutuskan untuk selalu memantau pergerakan dan perkembangan pembatikan yang dilakukan oleh Ratu Beruk.
Namun ternyata, tak disangka persaan cinta Raja sedikit demi sedikit tumbuh kembali kepada Ratu.
Berkat motif yang dibatik oleh Ratu ini, cinta Raja tum-tum (bersemi atau mekar) kembali, sehingga motif ini diberi nama atau sebutan ‘Truntum’, yang melambangkan mekarnya cinta sang Raja.
4. Truntum Lawasan Kombinasi
Batik Truntum berisikan motif berlatar dasar hitam dihiasi oleh tebataran bunga tanjung yang secara tidak langsung mempresentasikan wujud bintang yang bertaburan dimalam hari.
Istilah truntum berasal dari kosa kata Bahasa Jawa ‘tuntum’.
Diartikan sebagai ‘timbul kembali’, ‘tumbuh kembali’, atau ‘mekar kembali’ yang berhubungan erat dengan istilah rasa katresnan (rasa cinta) atau cinta kasih suami dan istri.
5. Truntum Sogan Lengko
Secara garis besarnya, batik ini bisa dimaknai sebagai kehidupan yang manis tentu tidak terlepas dari dualisme dunia yakni bungah (rasa senang)& susah, padhang (terang) & peteng (gelap), sugih (kaya) & mlarat (miskin), dan begitulah seterusnya.
Dilihat penggambaran desain tulis atau pola, motif truntum memperlihatkan bentuk bunga atau bintang yang kalau dilihat dari depan diposisikan pada bidang berbentuk kotak segi empat.
6. Truntum Gurdo Bledak
Dalam motif ini diharapkan, bagi siapa pun yang memakai motif ini, maka didoakan senantiasa dalam hidup terutama urusan keluarga.
Seperti; senantiasa terjalin hubungan yang indah, manis, harmonis, penuh kasih sayang, berlaku baik sesama suami isteri, hubungan yang baik antara anak dengan orang tua dalam keluarga besar, serta pada keluarga orang lain di keluarga sendiri dan masyarakat luas di luar sana.
7. Truntum Sekar Jagad
Batik truntum sendiri termasuk kategori kelompok motif Ceplok yakni datar dalam bingkai.
Sedangkang pola batik truntumnya menggambarkan sebuah rangkaian bintang atau bunga-bunga kecil yang menyebar lengkap dengan sari-sarinya.
8. Truntum Sri Kuncoro
Tentu saja, motif tuntum kuncoro ini didasarkan pada fungsi serta kegunaan kain jarik atau batiknya yang biasa dikenakan oleh kedua orangtua calon mempelai pada saat prosesi midodareni dan panggih dalam acara pernikahan.
Jadi biasanya di adat Jawa, mereka para tetua menggunakan motif batik truntum pada saat menikahkan anak mereka dengan harapan agar rumah tangganya sakinah, mawada warahmah, langgeng dan jangan sampai terjadi pertengkarang apalagi perceraian antara ibu dan ayah dalam niat menjodohkan putra-putri mereka.
9. Truntum Kuncoro
Batik Truntum Sri Kuncoro mengisahkan perjalanan kehidupan para manusia, yang disimbolkan melalui ornamen sulur merambat dari sebatang pohon hayat.
Pohon ini merupakan simbol dari adanya pohon di surga yang menjadi pokok muasal dari segala bentuk konstruksi dan struktur kehidupan makhluk hidup di dunia.
Pun digolongkan ke dalam beberapa motif seperti gunungan, kayon, syajaratul kaun, juga Pohon Kehidupan (Tree of Life) yang sempat kita dengar namanya dalam peradaban Persia kuno.
Batik klasik merupakan perwujudan asli dari yang pertama dan dibuat dengan pewarnaan malam alami.
Makna dari batik Truntum Sri Kuncoro ini berisikan doa dan harapan-harapan dari para orangtua agar perjalanan kehidupan anaknya yang menikah senantiasa dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang hingga mencapai kesempurnaan titik kuncoro (kesempurnaan).
10. Truntum Wahyu Temurun
Motif truntum wahyu temurun merupakan salah satu batik asal Yogyakarta dan sudah ada sejak tahun 1480.
Ornamen makhkota dalam batik ini menyiratkan arti sebagai petunjuk.
Jadi, siapa pun yang memakainya semoga diberikan arahan, petunjuk, dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Agung.
11. Truntum Peksi
Mungkin kamu bertanya, “batik ini berasal dari mana?” Truntum Peksi diisi oleh ornamen burung merak, yang mana merupakan simbol lokal khas Jogja.
Burung merak melambangkan keindahan dan kecantikan yang terpancar murni dari seorang wanita.
12. Truntum Bunga Tanjung
Motif Truntum khas Solo ini adalah batik yang dihiasi taburan bunga-bunga tanjung yang dulu sering bermekaran.
Barisnya sagat rapi dengan penggambaran yang diulang-ulang, bukan motif abstrak maupun campuran.
Sepertinya Ratu Kuncoro atau Kanjeng Ratu Beruk terinspirasi dari indahnya taburan bunga tanjung yang dulu sering bermekaran indah ini.
Saat ini, motif bunga tanjung sudah sulit ditemukan di berbagai kota di Jawa Tnegah, terutama Kota Surakarta.
Berikut Motif Truntum Kombinasi Lainnya
Motif truntum lainnya yang sudah sulit ditemukan adalah babon angrem, cakar, dan lainnya.
Karena hampir sebagian besar punya ciri yang sama, jadi kamu bisa membedakannya melalui ornamennya.
Lulusan dari sekolah mode di bilangan Jakarta. Sedang berproses agar bisa jadi desainer. Senang berbagi lewat blog pribadi. Cuma punya 1 facebook yaitu Farah Nisa.